Selasa, 13 Maret 2012

Kelahiran Nabi Ismail A.S dan asal-usul air zamzam


Setelah menetap di Baitul Maqdis selama 20 tahun, Sarah (Istri Ibrahim A.S) berkata kepada Ibrahim: “Menikahlah dengan wanita ini (Hajar), mudah-mudahan darinya Allah mengaruniakan anak untukku.”
Atas izin Sarah, maka Ibrahim pun menikahi Hajar hingga akhirnya mengandung dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Imam Bukhari meriwayatkan,
Setelah melahirkan Ismail, Ibrahim membawa Hajar dan puteranya menuju Mekkah yang ketika itu Ismail masih dalam keadaan menyusui. Hingga akhirnya Ibrahim menempatkan keduanya di sebuah rumah di samping pohon besar. Pada saat itu, di Mekkah tidak ada seorangpun dan tidak pula ada air. Ibrahim meninggalkan keduanya disana dan meletakkan bekal kurma dan air
Setelah itu Ibrahim berangkat dan diikuti oleh Hajar seraya berkata, “Hai Ibrahim, kemana engkau hendak pergi, apakah engkau akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula ada makanan?” Yang demikian itu diucapkannya berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh sama sekali. Sampai akhirnya Hajar berkata kepadanya, “Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?” “Ya,” jawab Ibrahim. “Kalau begitu kami tidak disia-siakan.” Dan setelah itu Hajar pun kembali.
Kemudian Ibrahim berangkat sehingga ketika sampai di Tsaniyah, dimana orang-orang tidak dapat melihatnya, ia menghadapkan wajahnya ke Baitullah, lalu mengucapkan beberapa doa sembari mengangkat kedua tangannya seraya berucap:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rezeki kepada mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim 37)
Dan Hajar tetap menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia. Pada saat air yang ada dalam bejana telah habis, Hajar dan Ismail merasa kehausan. Lalu Hajar melihat puteranya itu sedang lemas dan ia tidak tega melihatnya. Maka ia pergi ke bukit Shafa, yaitu bukit yang paling dekat dari lokasi mereka. Lalu ia berdiri diatas bukit itu dan menghadap lembah sambil melihat-lihat adakah orang disana. Namun tidak ada seorangpun disana
Setelah itu ia turun kembali dari Shafa sehingga ketika sampai ditengah-tengah lembah, Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha keras sehingga ia berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi Marwah dan berdiri disana seraya melihat-lihat apakah ada orang disana. Namun tetap tidak ada seorangpun disana. Hal ini ia lakukan sampai tujuh kali.
Setelah mendekati Marwah, ia mendengar suara yang menyerukan, “Diam,” yang dimaksudkan kepadanya. Lalu ia mencari suara itu, hingga akhirnya ia mendengar juga. Maka iapun berkata, “Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan.” Ternyata ia berada bersama malaikat ditempat dimana terdapat air Zamzam. Lalu malaikat itu mengais-ngais tanah hingga muncullah mata air zamzam.
Ibnu Abbas menceritakan, Rasulullah S.A.W bersabda:
“Semoga Allah memberikan rahmat kepada ibunya Ismail (Hajar). Seandainya ia tidak menceduk air zamzam, niscaya air zamzam itu hanya menjadi sumber air yang terbatas.”
Rasulullah S.A.W bercerita, kemudian Hajar minum dan menyusui puteranya. Kemudian malaikat berkata kepadanya, “Janganlah engkau takut disia-siakan, karena disini akan dibangun sebuah rumah oleh anak ini bersama dengan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya.”
Setelah itu yang terjadi adalah, sekelompok orang datang ke Baitullah. Mereka melihat sekelompok burung berputar-putar di angkasa. Mereka berkata, “Burung itu pasti mengitari sumber air. Kita yakin bahwa di lembah ini ada air.” Lalu mereka berduyun-duyun menghampirinya.
Kemudian mereka bertemu Hajar dan berkata kepadanya, “Apakah engkau mengizinkan kami untuk tinggal di dekat airmu?” Hajar menjawab “Boleh saja, tetapi kalian tidak berhak menguasai air ini.” “Baiklah,” jawab mereka. Setelah kejadian ini, daerah sekitar air zamzam berkembang menjadi beberapa rumah lalu menjadi banyak rumah hingga akhirnya menjadi kota Mekkah
[disadur dari kisah para Nabi, karangan Ibnu Katsir]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar